PROSESI PERNIKAHAN “ADAT JAWA”
Menikah adalah salah satu moment yang bersejarah bagi seseorang.. Untuk mengabadikan peristiwa tersebut..banyak yang menjalankan sesuai dengan agama / keyakinan dikombinasikan dengan kultur budaya (adat) setempat.
Berikut adalah prosesi perkawinan adat Jawa.
Prosesi ini berkembang mengikuti tradisi dari raja/ratu dari Keraton Yogyakarta dan Surakarta ( Solo). Karena mereka mengistilahkan pengantin sebagai raja/ratu sehari.
Namun pada saat sekarang sudah disesuaikan menyangkut factor efisiensi, efectivitas serta situasi dan kondisi saat ini.
1. Lamaran
2. Pengajian & Siraman
3. Midodareni
4. Akad Nikah
5. Temu/Panggih
6. Resepsi.
Lamaran
Lamaran adalah prosesi dimana pihak calon pengantin Pria datang kepada keluarga calon pengantin putri untuk melamar atau meminang. .
Lamaran ini tidak langsung dijawab tetapi menunggu satu minggu sampai satu bulan untuk dibicarakan dahulu secara internal dan kesiapan gadis untuk menerima atau menolak.
Dan jika ternyata lamarannya di tolak maka pihak pria juga tidak merasa malu, jika langsung ditolak.
Kunjungan balasan.
Kunjungan balasan dilakukan untuk memberikan jawaban kepada calon pengantin pria . Kalau tradisi jaman dahulu yang datang adalah sesepuh atau kerabat saja tetapi kalau sekarang orang tua boleh ikut.
Kalau lamaran diterima maka pembicaraan berlanjut dengan kesepakatan pelaksanaan pernikahan dan segala sesuatunya.
Pengajian / Siraman
Upacara siraman dimaksudkan untuk mensucikan calon pengantin, dilakukan sehari sebelum hari pernikahan.
Untuk umat Islam biasanya dilaksanakan setelah mengadakan pengajian untuk kelancaran dan memohon berkah Allah SWT.
Setelah pengajian selesai , mempelai putri sungkem kepada kedua orangtua dan para sesepuh.. untuk mohon doa restu.
Kemudian baru dilakukan siraman. Biasanya air siraman diambil dari 7 sumber mata air. Sebelum dimulai air siraman disisakan sedikit untuk dikirim kepada calom mempelai pria.. untuk dicampur dengan air yang digunakan siraman mempelai pria agar tercampur dengan harapan supaya kedua mempelai selalu rukun.
Setelah siraman rambut mempelai dipotong sedikit untuk membuang sial/segala hal buruk dimasa lalu
Potongan rambut akan digabung dengan air siraman mempelai pria yang telah di dicampur potongan rambut pengantin pria yang diantarkan.
Kemudian kedua potongan rambut ditanam di dalam tanah oleh orang tua mempelai perempuan di halaman rumah.
Sementara mempelai perempuan dirias..orang tua jualan cendol (dodol dawet) sebagai perlambang kesiapan kedua orang tua melepas putri mereka dan memohon doa restu kepada tamu undangan.
Setelah jualan selesai kedua orangtua akan memberikan hasil jualannya kepada anaknya sebagai simbol modal untuk anaknya berumah tangga.
Terakhir mempelai wanita keluar untuk mendapatkan dulangan (suapan) terakhir dari kedua orang tuanya..
Midodareni.
Midodareni adalah kedatangan calon pengantin pria ke rumah mempelai putri sebagai simbol kesungguhan dan keberaniannya untuk menikah.
Pada acara ini seluruh keluarga dekat mempelai pria dan wanita berkumpul.
Sekarang acara ini biasa digunakan sebagai acara perkenalan antar keluarga masing-masing mempelai.
Jaman dahulu pada acara ini mempelai pria mendapat wejangan catur wedha dari orang tua mempelai perempuan yang berisi empat tuntunan bagi calon suami :
sebagi makhluk Tuhan, sebagai Kepala Keluarga, sebagai Anak apada orang tua, sebagai anggota masyarakat.
Sementara pengantin perempuan tidak boleh keluar/bertemu.
Acara diakhiri dengan pemberian srah-srahan, dimana mempelai pria memberikan beberapa tanda kasih sayang.
Srah-srahan beda dengan peningset. Kalau peningset diberikan pada saat lamaran positif diterima sebagai tanda “pengikat” kedua belah pihak.
Kalau sekarang srah-srahan, peningset dan perkenalan keluarga digabung menjadi 1 rangkaian acara..
Sebelum keluarga pengantin pria pulang, kaum wanita dari mempelai pria menjenguk mempelai putri di kamar pengantin.
Kemudian mempelai pria pulang dengan membawa kancing gelung ( perangkat busana lengkap ) yang akan dipakai ke-esokan harinya. Yang diberikan oleh Ibu mempelai perempuan.
Akad nikah
Akad nikah tradisi jawa (jogja) pengantin wanita tidak di hadirkan. Jadi cukup orang tua mempelai wanita saja. Makanya kemudian ada upacara lanjutan yaitu “panggih” karena pada waktu ijab tidak dipertemukan dengan mempelai wanita.
Temu / Panggih.
Upacara panggih adalah mempertemukan mempelai putri dan pria untuk kemudian dipersandingkan bersama dalam pelaminan. Ada rangkaian upacara tersendiri dalam acara panggih ini. Membutuhkan waktu yang relatif singkat...maka biasanya acara ini digabung sekalian pada waktu acara respsi.
Resepsi.
Setelah semua rangkaian upacara adat selesai.. saatnya menjamu tamu dalam acara resepsi. Silakan merayakan hari bahagia anda.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar